Expedition

Rencana Busuk Dibalik Hasil Quick Count Abal-Abal

Berduyun-duyun jutaan rakyat Indonesia menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk mempergunakan hak pilihnya memilih calon Presiden dan Wakil Presiden pada pesta demokrasi lima tahunan pemilihan presiden 2014.
Seperti biasa pasca pencoblosan, tak lama kemudian masyarakat menunggu perhitungan sementara melalui hasil Quick Count yang dipublikasikan melalui pemberitaan di beberapa media elektronik.
Berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count dalam pemilihan presiden 2014, 7 dari 11 lembaga survei menyebutkan pasangan Joko Widodo dan Yusuf Kalla sebagai pemenang pemungutan suara, Sebaliknya, empat lembaga survei lain menyatakan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sebagai pemenang.
Tujuh lembaga survei itu adalah Litbang Kompas, Lingkaran Survei Indonesia, Indikator Politik Indonesia, Populi Center, CSIS, Radio Republik Indonesia, dan Saiful Mujani Research Center. Sementara, empat lembaga survei yang mendapatkan hasil kemenangan bagi Prabowo-Hatta adalah Puskaptis, Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia.
Berikut hasil lengkap kesebelas lembaga survei tersebut :
Hasil Quick Count
Membaca hasil survei diatas sebenarnya tidak perlu bingung dan risau walaupun ada yang memenangkan Jokowi-Yusuf Kalla dan ada yang memenangkan Prabowo-Hatta. Apalagi melihat perbedaan hasil perhitungan suara antara lembaga survei yang satu dengan lembaga survei lainnya, kita tak perlu gelisah apalagi timbul rasa was-was hingga jantung mesti berdebar-debar, karena sebenarnya sangat mudah bagi kita untuk mengetahui, siapa sebenarnya pemenang sesungguhnya hasil pemungutan suara pada pemilihan presiden 2014.
Nah, untuk mengetahui semua ini sebenarnya sangat mudah, kita bisa melihat rekam jejak lembaga survei, dari situ akan terlihat dengan jelas kecenderungan tidak obyektifnya lembaga survei tersebut.
Misalkan, Lembaga Survei Nasional (LSN) adalah lembaga survei bentukan Hary Tanoesudibyo. Sepak terjang LSN bisa dilihat sejak pemilihan legislatif 2014 yang digunakan oleh Hary Tanoe untuk mendongkrak pasangan Hary-Wiranto yang disebut akan masuk dalam tiga besar. Karena Hary Tanoe mendukung pasangan Prabowo-Hatta, Jika sekarang LSN menggoreng hasil quick count untuk kemenangan Prabowo-Hatta tentunya patut dipertanyakan.
Begitu juga dengan survei Indonesia Research Center (IRC). sebelum Pemilu lembaga survei IRC telah mensurvei bahwa pada pemilihan legislatif (Pileg) 2014 elektabilitas partai politik berbasis Islam seperti PKS, PAN, PKB dan PPP hanya diminati oleh masyarakat kurang dari 3.5%. Namun terbukti ternyata PKS, PAN, PKB, dan PPP perolehan suaranya cukup signifikan serta naik kecuali PKS yang turun perolehan suaranya di Pileg 2014.
Selanjutnya pada 1 Februari 2014, lembaga survei IRC juga pernah menyebutkan bahwa perolehan suara PDI Perjuangan bisa di atas 30 persen di Pileg jika segera menetapkan Jokowi sebagai Capres. Merilis hasil survei terkait elektabilitas partai politik per 13 Maret 2014 menetapkan PDIP dan Golkar duduk di peringkat teratas sedangkan Partai Demokrat dikalahkan oleh Hanura dan Gerindra. Faktanya malah Hanura justru berada di urutan paling bontot diantara partai yang lolos ke parlemen, begitu juga dengan perolehan partai demokrat yang ternyata diluar dugaan publik.
Contoh ketiga adalah keberadaan lembaga survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) yang pernah membuat hasil survei yang tidak bisa dipertanggungjawabkan hingga berakibat pada. Sikap Puskaptis yang tidak mau meladeni permintaan Direktur Eksekutif Cyrus Network untuk meminta semua lembaga survei duduk bareng mempertanggungjawabkan hasil survei tentang Pemilukada Jakarta tahun 2012.
Sebagaimana kita ketahui lembaga survei Puskaptis telah membuat survei bahwa tingkat elektabilitas Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli menduduki peringkat pertama pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 menurut hasil survei Puskaptis pada 2-7 April 2012, pasangan Fauzi Bowo- Nachrowi meraup angka 47,22% disusul pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaya Purnama memperoleh angka 15,16%.
Selanjutnya pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini memperleh angka 10,28%, Faisal Basri-Biem Benyamin sebesar 3,17%, Alex Noerdin-Nono Sampono 2,31% dan pasangan Hendardji Soepandji-Achmad Riza Satria sebanyak 1,55%. Fakta kemudian berbeda ternyata justru pasangan Jokowi-Ahok yang unggul dalam perolehan suara pada pemilukada Jakarta.
Begitu juga dengan lembaga survei Jaringan Suara Indonesia yang juga pernah memberikan hasil yang juga tidak sesuai dari hasil surveinya pada pileg 2014. Maka berkaca dari pengalaman ini masih pantaskah mereka disebut sebagai lembaga survei yang kredibel, mengingat lembaga survei ini dalam menyampaikan hasil perhitungan suara cepatnya sangat berbeda dengan hasil quick count lembaga survei lain yang telah menetapkan hasil surveinya terhadap kemenangan pasangan Jokowi-Yusuf Kalla sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden sementara.
Melihat fakta ini, masihkah kita percaya dengan keempat lembaga survei diatas yang kredibilitasnya sangat diragukan hingga diduga ada rencana busuk dibalik hasil quick count abal-abal yang mereka lakukan. Diduga ini adalah bagian dari rencana busuk ingin mencari pembenaran terhadap legitimasi hasil perolehan suara yang tidak sesuai dengan hasil sesungguhnya. Karena itu mari kita semua mengawal dan menjaga agar suara rakyat ini jangan sampai berubah menjadi suara siluman.
Share on Google Plus

Related Article you might see:

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Post a Comment