Expedition

Sang Penunggang Kuda Cengeng

Menjadi pemimpin tidak perlu dipaksakan apalagi harus memaksakan diri dengan simbol-simbol kepahlawanan. Karena rasanya geli juga ketika melihat seseorang dipaksakan maju menjadi seorang pemimpin. Karena sejatinya pemimpin yang benar akan terlihat ketika diuji dengan waktu.
Lihat saja yang terjadi pada sosok Prabowo Subianto, sosok yang konon dikenal tegas, berwibawa dan gagah berani. Apalagi ketika ia sedang menunggang kuda dengan pedang disampingnya layaknya seorang ksatria muda di zaman kerajaan majapahit.
Tampilan luar biasa seperti itulah yang membuat kelompok garis keras aliran kanan pendukungnya mendeklarasikan seorang Prabowo menjadi Panglima Perang Umat Islam. Mereka menganggap pensiunan jendral yang dipecat dari dinas militer karena keterlibatannya dalam penculikan aktivis pro-demokrasi itu, sebagai satu-satunya harapan untuk mencegah Indonesia menjadi negara sekuler. Dalam sejarahnya kelompok kanan memang sering berkolaborasi dengan oknum militer yang bermasalah.
Benarkah sosok Panglima Perang Umat Islam itu dikenal tegas, berwibawa dan gagah berani ? Bila melihat tampilan Prabowo Subianto di layar iklan memang terlihat begitu mempesona. Dengan suara menggelegar siap menjadi penyelamat Indonesia. Apalagi dengan tampilan adegan sambil menunggang kuda layaknya ksatria gagah berani yang siap maju ke medan perang.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, sosok ksatria penunggang kuda itu yang sudah di beri gelar sebagai Panglima Perang Umat Islam semakin terlihat warna aslinya. Kesan tegas ternyata tak segagah yang dikira, aroma lebay Prabowo Subianto semakin nampak ketika dialog debat capres yang lebih banyak membuat kesalahan mendasar dalam dialog. Macan asia itu ternyata bukan sosok singa podium yang tangguh.
Sosok itu semakin terlihat lebay, apa arti dari tegas, berwibawa dan gagah berani itu kalau faktanya ketika satria piningit karbitan itu mengelak kehendak publik dengan tidak mengakui hasil penghitungan suara melalui quick count yang dilakukan oleh lembaga survei. Alasannya pun macam-macam, hasil quick count dianggap sebagai rekayasa, hasil quick count yang mengalahkan dirinya itu dianggap bohong yang benar adalah hasil quick count yang memenangkan dirinya sambil bersujud dilantai ubin bersama kelompok taliban pendukungnya, wujud syukur atas kemenangannya.
Lalu dengan penuh percaya diri mengatakan dengan tegas, marilah kita tunggu hasil real count melalui putusan KPU, tapi lidah memang tidak bertulang. Detik-detik menjelang pengumunan KPU, penunggang kuda yang mulai terlihat cengeng ini meminta pada KPU untuk menunda pengumunan, bukan hanya itu, tak lama kemudian justru meminta pada KPU agar pemilihan Presiden harus diulang karena banyak terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya.
Aneh bin ajaib, ada seorang panglima perang yang mencalonkan diri sebagai presiden dan mengaku menang tapi meminta pengunduran waktu pengumuman serta menuntut pemilu ulang. konyolnya penunggang kuda cengeng ini tidak percaya pada quick count lembaga survei lain tapi lebih percaya pada lembaga survei yang memenangkan dirinya hingga sempat mengklaim kemenangan dan bersujud syukur bahkan sempat menyelenggarakan syukuran kemenangan di hotel mewah.
Katanya siap kalah dan siap menang, tapi selalu menebar doktrin harus menang dengan segala cara dan tidak ada kata kalah. Slogan siap menang siap kalah ternyata cuma menjadi hiasan bibir. Katanya siap kalah dan siap menang tapi malah ingin menggugat hasil pilpres ke Mahkamah Konstitusi. Padahal sebelumnya penunggang kuda cengeng ini pernah mengatakan sangat yakin bahwa KPU akan netral dan professional.
Melihat realita ini hanya satu yang terucap, teriring ucapan selamat merayakan kemenangan pada Prabowo Subianto sang penunggang kuda cengeng, meskipun semua itu hanya terjadi dalam mimpi. Karena faktanya rakyat lebih menginginkan seorang Jokowi, sosok sederhana dan bersahaja serta sosok pemimpin yang lahir secara alamiah tanpa harus dipaksakan jadi pemimpin karbitan.
Share on Google Plus

Related Article you might see:

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Post a Comment