Mengkaji sejarah bangsa Indonesia sama halnya
dengan menyelami luasnya samudera Indonesia yang dalam dan penuh
misteri. Dari sejak jaman Pra-aksara hingga Reformasi sejarah Indonesia
tidak akan pernah habis untuk dikupas. Diantara berbagai bidang sejarah
yang ada, sejarah Politik bangsa Indonesia menjadi lahan yang paling banyak dikaji para sejarawan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Perkembangan dimensi politik di nusantara
seperti tidak pernah ada matinya. Dimulai dari jaman kerajaan Kutai
hingga periode Reformasi semuanya mempunyai dimensi politik yang saling
berkaitan satu sama lain. Secara garis besar sejarah politik
bangsa Indonesia tidak pernah dapat dilepaskan dari darah dan korban
nyawa. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana proses pergantian pemimpin
baik pada masa kerajaan hindhu-budha maupun Islam hingga era Reformasi
semuanya pasti dimulai dari suatu peristiwa berdarah yang menelan korban
ribuan nyawa.
Berbagai contoh peristiwa berdarah di atas
antara lain : Perebutan kekuasaan antara Syailendra dan Sanjaya di
kerajaan Mataram Kuno, kudeta Ken Arok terhadap Tunggul Ametung sehingga
dari sinilah muncul dinasti Rajasa pendiri kerajaan Singosari, kudeta
Raden Wijaya terhadap Jaya Katwang yang kemudian memunculkan Majapahit, serangan Raden Patah terhadap Bre kertabumi (Majapahit) yang memunculkan kerajaan Demak, tragedi seputar Gerakan G30S yang melengserkan Soekarno dan Menasbihkan Soeharto sebagai Presiden ke-2 RI hingga Demonstrasi berdarah tahun 1998 yang akhirnya mampu menggulingkan rezim Soeharto diganti dengan orde reformasi.
Semua peristiwa sejarah tersebut di atas merupakan sebuah siklus sejarah politik
bangsa yang mau tidak mau harus kita akui bahwa bangsa ini selalu
mengorbankan darah dan nyawa putra-putri bangsa sendiri hanya demi
secuil kekuasaan. Sebagai bangsa yang besar kita sudah seharusnya sadar,
korban nyawa dan darah demi mengusir penjajah memang sebuah keharusan.
Namun bila korban darah dan nyawa putra-putri bangsa hanya demi suatu
kekuasaan golongan tertentu jangan sampai terjadi lagi, sudah saatnya
kita menghilangkan egoisitas individu, golongan, ras, suku maupun agama
demi memajukan bangsa Indonesia yang "Bhinneka Tunggal Ika tan Hana
Dharma Mangrwa".
0 comments :
Post a Comment